RSS

Menyongsong bulan Ramadhan

07 Mar

Saat ini ada di penghujung bulan Sya’ban,umat Islam dari berbagai daerah menyambutnya dengan suka cita dengan berbagai acara yang menunjukkan kearifan lokal. Setiap daerah memiliki tradisi yang sudah turun temurun dan dilaksanakan bersama dengan bimbingan para tokoh atau sesepuh desa setempat. Walaupun nama acaranya berbeda rata2 substansinya sama. Semuanya diadakan untuk mengungkapkan kegembiraan dengan datangnya bulan Ramadhan.

Ada beberapa acara menyongsing bulan Ramadhan di beberapa daerah ,misalnya :

1. MEGENGAN.

Sebutan acara ini terdapat di Jawa, ini meliputi Jawa Timur,Jawa Tengah, Yogyakarta,dan sebagian Jawa Barat. Di daerah ini masyarakat mengadakan penyambutan datangnya bulan Ramadhan dengan sebutan MEGENGAN yang bermakna MENAHAN. Kata megengan diambil dari bahasa Jawa MEGENG atau NGEMPET yang berarti menahan,yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut. Masyarakat biasanya berbondong-bondong untuk berziarah kubur terlebih dahulu, membersihkannya serta menaburi bunga di atasnya dan tidak lupa mendoakannya. Setelah itu, megengan dimulai pada waktu petang hari dengan dihadiri oleh para tamu undangan. Para tamu undangan yang bersila di atas tikar dihadapkan dengan ambengan atau TUMPENGAN sebagai sajian untuk acara megengan. Tuan rumah mengungkapkan kajat-nya (keinginan) kepada sesepuh lingkungan yang kemudian akan dibacakan doa mengenai kajat-nya. Setelah selesai dibacakannya doa, ambengan atau TUMPENG akan dibagikan kepada para tamu undangan. Pelaksanaan acara megengan tersebut biasanya dilakukan dari rumah ke rumah. Selain dilaksanakan di rumah, megengan versi massal juga dapat dilaksanakan di langgar/mushola ataupun masjid. Para warga membawa ambengan-nya masing-masing ke langgar atau masjid, dan mereka akan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang sesepuh lingkungan.

2. MUNGGAHAN.

Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Munggahan berasal dari kata bahasa sunda ‘Munggah’ yang artinya berjalan/naik atau keluar dari kebiasaan kehidupan sehari-hari.

Kegiatan inti munggahan adalah makan bersama, biasanya dengan menu hidangan khas Sunda seperti nasi liwet, pepes ikan, karedok, dan lalapan. Ziarah kubur. Masyarakat ziarah ke makam leluhur untuk mendoakan dan membersihkan makam. Membersihkan tempat ibadah.

3. PUNGGAHAN.

Tradisi Punggahan tidak hanya ada di Sumatra Utara, di tempat tempat lain juga ada. Namun, tradisi Punggahan di setiap daerah berbeda-beda cara pelaksanaannya. Contohnya di Sumatra Utara sendiri pelaksanaan adat ini berbeda, seperti di Serdang Bedagai, masyarakat setempat melakukan kebiasaan ini di masjid dengan membawa makanan dari rumah masing-masing.

Lalu makanan dikumpul dan dilakukan ritual doa bersama sebagai bentuk rasa syukur atas datangnya bulan Ramadhan.

Terakhir kegiatan ditutup dengan menukar makanan dan makan bersama. Pelaksanaan Punggahan di Labuhan batu Utara juga sama, diminta para masyarakat untuk membawa makanan dari rumah dan dikumpulkan di masjid.

Hal tersebut berbeda bagi masyarakat di Batubara. Masyarakat di sana menggelar tradisi Punggahan dengan memotong hewan ternak kerbau atau lembu, diadakan mulai 3-2 hari sebelum 1 Ramadhan. Kegiatan tersebut dilakukan di beberapa lokasi, lalu hasil dari pemotongan lembu atau kerbau diperjualbelikan di pasar. Seperti yang saya lihat Punggahan di Kabupaten Batubara hampir sama seperti tradisi meugang di Aceh.

Demikianlah aneka ragam acara tradisi yang merupakan kearifan lokal yang telah berakulturasi dengan Islam yang kemudian disebut sebagai Islam Nusantara yaitu Islam yang ada di Nusantara.

Wallahu a’lam bish showwab

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 7 Maret 2024 inci sosial

 

Tinggalkan komentar

 
Klopotelu's Blog

sarana belajar dan aktualisasi diri

Theme Showcase

Find the perfect theme for your blog.

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.

Wisata Quiz

Just another WordPress.com weblog